TEORI DAN ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Perbedaan
karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga
membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan
adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan
ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan
Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan
membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang
dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan
sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona
diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula
pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor
Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka,
Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan
ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan
untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
- Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
- Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
- Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan
dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli
ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide
pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai
Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini
terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan
pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan
strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan
oleh Hirscman :
“Jika kita
mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu
tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami
perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa
pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor berkembang dengan tidak
seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang
perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri
tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang
terkait dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan
tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung
perkembangan ekonomi suatu wilayah. Model pembangunan ini mengharuskan
adanya konsentrasi pembangunan pada sektor yang menjadi unggulan
(leading sector) sehingga pada akhirnya akan merangsang perkembangan
sektor lainnya.
Terdapat pula
analisis kompetensi inti (core competiton). Kompetensi inti dapat berupa
produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk
membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan
Prahalad (1995) adalah :
“Suatu
kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan
perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran,
yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang
memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing
ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu
kompetensi inti”.
Komentar
Posting Komentar